Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulisan laporan ini adalah salah satu usaha saya untuk memenuhi kriteria penilaian.
Dalam penulisan laporan praktikum
ini, mohon maaf bila saya masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya sangat
terbuka untuk menerima kritik dan saran.
Saya mau mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Shintia, Ibu Ina dan semua pihak yang telah membantu hingga laporan
ini terselesaikan.
Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Abstrak
Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai
pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2
yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin
benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Dalam percobaan ini
digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme
(jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik
bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh
konsumsi oksigen.
Air kapur yang sudah ada di dalam
tabung reaksi, ditiup perlahan-lahan menggunakan sedotan sehingga lama-kelamaan
air akan berubah menjadi keruh. Jika dibiarkan beberapa saat, akan membentuk
endapan kapur.
Bab 1 : Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Setiap makhluk hidup pasti
bernapas, karena bernapas merupakan salah satu ciri
makhluk hidup. Bernapas adalah proses memasukkan serta mengeluarkan udara ke dan dari
dalam tubuh. Udara yang dimasukkan mengandung oksigen, sedangkan udara yang dikeluarkan mengandung karbondioksida
serta uap air. Oksigen yang masuk digunakan tubuh untuk melakukan proses
respirasi, yaitu proses pemecahan zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan
makhluk hidup untuk melakukan seluruh aktivitas kehidupannya.
Pengertian
respirasi
secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk
memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan
oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
a. Hipotesis
Dalam percobaan ini
digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme
(jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik
bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh
konsumsi oksigen. Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai
pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2
yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin
benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Diperkirakan bahwa
jangkrik jantan akan lebih cepat dalam menyerap oksigen dinbandingkan dengan
jangkrik betina. Dan dalam percobaan air kapur, kapur akan mengendap di dasar
permukaan karena terjadci reaksi kimia antara H2O dan air kapur.
b. Tujuan
Percobaan
Mengukur kecepatan pernapasan serangga dan membuktikan co2
sisa pernapasan. Untuk membuktikan bahwa dalam proses respirasi dihasilkan H2O.
c. Tinjauan
Literatur
Bernafas
artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke
dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan karbondioksida
(CO2) serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi.
Sedangkan respirasi adalah seluruh proses sejak pengambilan O2 untuk
memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan
energi. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung
melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang,
trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan
gas CO2.
Respirasi dapat berlangsung dengan 2
cara, yaitu :
1. Respirasi
Aerob (Oksidasi)
Proses ini merupakan
pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 +
6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Pada umumnya dalam
keadaan normal manusia menggunakan cara ini.
2. Respirasi
Anaerob
Proses ini merupakan
pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 →
2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi
anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna, karena masih dihasilkan zat
organik sehingga energinya belum terbebaskan semua. Pada proses tersebut hanya
terhenti sampai glikolisis dan terbentuk asam laktat, sehingga energi yang dihasilkan
sedikit dan dampaknya mengakibatkan kelelahan pada tubuh. Proses ini umumnya
terjadi pada organism tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada
organisme tingkat tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat,
yaitu apabila persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot
bekerja terlalu keras dan berlebih.
Laju respirasi pada
tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Ketersediaan substrat. Tersedianya
substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan
laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya, bila substrat yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat.
2. Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3. Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju
respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian
kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies.
Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan
yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
4. Serangga mempunyai alat pernapasan
khusus berupa sistem trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke
seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh.
Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke
seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem
ini tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi atau darah. Udara masuk dan
keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran
gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh
yang bergerak secara teratur.
Bab 2 : Prosedur
Percobaan Pertama
- Membungkus kristal KOH dengan kapas lalu masukan dalam tabung respirometer.
- Memasukkan serangga ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala.
- Mengoleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
- Kemudian memasukkan setetes eosin menggunakan pipet.
- Mengamati dan mencatat perubahan kedudukan eosin pada skala setiap 2 menit 10 detik sampai pipa berskala menunjukan angka 0.9.
1. Air kapur
yang telah disediakan di tiup menggunakan sedotan beberapa saat.
2. Amati yang
terjadi.
3. Diamkan
beberapa saat sampai terbentuk endapan kapur.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·
Tabung reaksi
·
Respirometer
·
Sedotan
·
Pipa berskala
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·
KOH
·
Air kapur
·
Vaselin
·
Eosin cair
·
Tissue
Bab 3 : Hasil dan Pembahasan
Percobaan Pertama
No
|
Percobaan
ke
|
10
s
|
20
s
|
30
s
|
40
s
|
50
s
|
60
s
|
70
s
|
80
s
|
90
s
|
1.
|
1 (Jangkrik jantan dan belum selesai
metamorfosisnya)
|
0.05
|
0.2
|
0.27
|
0.36
|
0.4
|
0.45
|
0.57
|
0.6
|
0.62
|
2.
|
2 (Jangkrik betina dan belum selesai
metamorfosisnya)
|
0.05
|
0.12
|
0.17
|
0.24
|
0.3
|
0.37
|
0.39
|
0.4
|
0.44
|
3.
|
3 (Jangkrik jantan, belum selesai
metamorfosisnya, dan lincah)
|
0.2
|
0.25
|
0.32
|
0.36
|
0.4
|
0.46
|
0.52
|
0.56
|
0.6
|
100
s
|
110
s
|
120
s
|
130
s
|
140
s
|
150
s
|
160
s
|
170
s
|
180
s
|
190
s
|
0.63
|
0.63
|
0.68
|
0.72
|
0.75
|
0.77
|
0.83
|
0.86
|
0.9
|
-
|
0.48
|
0.5
|
0.58
|
0.62
|
0.65
|
0.69
|
0.74
|
0.76
|
0.84
|
0.9
|
0.64
|
0.67
|
0.72
|
0.75
|
0.78
|
0.86
|
0.89
|
0.9
|
-
|
-
|
KLASIFIKASI JANGKRIK
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Orthoptea
Famili :
Gryllidae
Genus :
Liogryllus
Spesies : Liogryllus
Sp.
Dalam
percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar
organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah
jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan
oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus
reaksi:
KOH
+ CO2 → K2CO3 + H2O
Larutan
eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme
(jangkrik) pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan selalu
bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam
percobaan (jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2
melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak.
Alat
yang digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan adalah respirometer.
Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan
pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip kerja respirometer
adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen
yang digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika
organiseme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida
yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka
penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat
di amati pada pipa kapiler berskala.
Seperti
hasil yang didapat, jangkrik jantan (lebih besar dari jangkrik betina) lebih
banyak mengkonsumsi oksigen dilihat dari rata-rata konsumsi oksigen. Sedangkan
untuk jangkrik betina mengkonsumsi oksigen lebih lambat dari jangkrik jantan.
Hal ini membuktikan bahwa jenis kelamin mempengaruhi laju pernapasan pada
hewan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi sistem respirasi adalah :
berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia.
Percobaan Kedua
Air kapur
yang sudah ada di dalam tabung reaksi, ditiup perlahan-lahan menggunakan
sedotan sehingga lama-kelamaan air akan berubah menjadi keruh. Jika dibiarkan
beberapa saat, akan membentuk endapan kapur. Hal ini disebabkan karena air
kapur yang telah diberi CO2 akan terjadi reaksi : Ca(OH)2
+ CO2 → CaCO3 + H2O. Fungsi air kapur pada
percobaan tersebut adalah membuktikan bahwa gas yang kita hembuskan adalah CO2.
Air kapur akan bereaksi dengan CO2 membentuk butiran kapur. Jika
kita membiarkan air kapur itu dalam beberapa saat, kita akan mendapatkan
sedikit endapan kapur dari butiran kapur yang mengendap karena pengaruh
gravitasi.
Kesimpulan
Pada
hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh dan jenis kelamin mempegaruhi
laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat
pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada
jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran
besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,
sehingga membutuhkan banyak oksigen. Hal ini menunjukan bahwa, setiap mahluk hidup
membutuhkan oksigen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar