29/03/13

Praktikum Respirasi Pada Serangga Jangkrik


Kata Pengantar
            Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan laporan ini adalah salah satu usaha saya untuk memenuhi kriteria penilaian.
            Dalam penulisan laporan praktikum ini, mohon maaf bila saya masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran.
            Saya mau mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shintia, Ibu Ina dan semua pihak yang telah membantu hingga laporan ini terselesaikan.
            Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. 

 
Abstrak
Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Air kapur yang sudah ada di dalam tabung reaksi, ditiup perlahan-lahan menggunakan sedotan sehingga lama-kelamaan air akan berubah menjadi keruh. Jika dibiarkan beberapa saat, akan membentuk endapan kapur.

 
     Bab 1 : Pendahuluan 
           1.  Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti bernapas, karena bernapas merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Bernapas adalah proses memasukkan serta mengeluarkan udara ke dan dari dalam tubuh. Udara yang dimasukkan mengandung oksigen, sedangkan  udara yang dikeluarkan mengandung karbondioksida serta uap air. Oksigen yang masuk digunakan tubuh untuk melakukan proses respirasi, yaitu proses pemecahan zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan makhluk hidup untuk melakukan seluruh aktivitas kehidupannya.
Pengertian respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
     a.     Hipotesis
Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Diperkirakan bahwa jangkrik jantan akan lebih cepat dalam menyerap oksigen dinbandingkan dengan jangkrik betina. Dan dalam percobaan air kapur, kapur akan mengendap di dasar permukaan karena terjadci reaksi kimia antara H2O dan air kapur.
     b.     Tujuan Percobaan
Mengukur kecepatan pernapasan serangga dan membuktikan co2 sisa pernapasan. Untuk membuktikan bahwa dalam proses respirasi dihasilkan H2O.
     c.      Tinjauan Literatur
Bernafas artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi. Sedangkan respirasi adalah seluruh proses sejak pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Pertukaran gas Odan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas Odan gas CO2.
Respirasi dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu :
1. Respirasi Aerob (Oksidasi)
Proses ini merupakan pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Pada umumnya dalam keadaan normal manusia menggunakan cara ini.

2. Respirasi Anaerob
Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 → 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna, karena masih dihasilkan zat organik sehingga energinya belum terbebaskan semua. Pada proses tersebut hanya terhenti sampai glikolisis dan terbentuk asam laktat, sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan dampaknya mengakibatkan kelelahan pada tubuh. Proses ini umumnya terjadi pada organism tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada organisme tingkat tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat, yaitu apabila persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot bekerja terlalu keras dan berlebih.

Laju respirasi pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.      Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya, bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
2.      Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3.      Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
4.      Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.


Bab 2 : Prosedur
Percobaan Pertama
  1. Membungkus kristal KOH dengan kapas lalu masukan dalam tabung respirometer.
  2. Memasukkan serangga ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala.
  3. Mengoleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
  4. Kemudian memasukkan setetes eosin menggunakan pipet.
  5. Mengamati dan mencatat perubahan kedudukan eosin pada skala setiap 2 menit 10 detik sampai pipa berskala menunjukan angka 0.9.

Percobaan Kedua
     1.      Air kapur yang telah disediakan di tiup menggunakan sedotan beberapa saat.
     2.      Amati yang terjadi.
     3.      Diamkan beberapa saat sampai terbentuk endapan kapur.
Alat dan Bahan 
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
     ·         Tabung reaksi
     ·         Respirometer
     ·         Sedotan
     ·         Pipa berskala

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
     ·         KOH
     ·         Air kapur
     ·         Vaselin
     ·         Eosin cair
     ·         Tissue

Bab 3 : Hasil dan Pembahasan

Percobaan Pertama
No
Percobaan ke
10 s
20 s
30 s
40 s
50 s
60 s
70 s
80 s
90 s
1.
1 (Jangkrik jantan dan belum selesai metamorfosisnya)
0.05
0.2
0.27
0.36
0.4
0.45
0.57
0.6
0.62
2.
2 (Jangkrik betina dan belum selesai metamorfosisnya)
0.05
0.12
0.17
0.24
0.3
0.37
0.39
0.4
0.44
3.
3 (Jangkrik jantan, belum selesai metamorfosisnya, dan lincah)
0.2
0.25
0.32
0.36
0.4
0.46
0.52
0.56
0.6

100 s
110 s
120 s
130 s
140 s
150 s
160 s
170 s
180 s
190 s
0.63
0.63
0.68
0.72
0.75
0.77
0.83
0.86
0.9
-
0.48
0.5
0.58
0.62
0.65
0.69
0.74
0.76
0.84
0.9
0.64
0.67
0.72
0.75
0.78
0.86
0.89
0.9
-
-

KLASIFIKASI JANGKRIK

Kingdom     : Animalia
Filum          : Arthropoda
Class           : Insecta
Ordo           : Orthoptea
Famili         : Gryllidae
Genus         : Liogryllus
Spesies       : Liogryllus Sp.

Dalam percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan (jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak.
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan adalah respirometer. Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip kerja respirometer adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organiseme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala.
Seperti hasil yang didapat, jangkrik jantan (lebih besar dari jangkrik betina) lebih banyak mengkonsumsi oksigen dilihat dari rata-rata konsumsi oksigen. Sedangkan untuk jangkrik betina mengkonsumsi oksigen lebih lambat dari jangkrik jantan. Hal ini membuktikan bahwa jenis kelamin mempengaruhi laju pernapasan pada hewan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi sistem respirasi adalah : berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia.

Percobaan Kedua
Air kapur yang sudah ada di dalam tabung reaksi, ditiup perlahan-lahan menggunakan sedotan sehingga lama-kelamaan air akan berubah menjadi keruh. Jika dibiarkan beberapa saat, akan membentuk endapan kapur. Hal ini disebabkan karena air kapur yang telah diberi CO2 akan terjadi reaksi : Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O. Fungsi air kapur pada percobaan tersebut adalah membuktikan bahwa gas yang kita hembuskan adalah CO2. Air kapur akan bereaksi dengan CO2 membentuk butiran kapur. Jika kita membiarkan air kapur itu dalam beberapa saat, kita akan mendapatkan sedikit endapan kapur dari butiran kapur yang mengendap karena pengaruh gravitasi.

Kesimpulan
Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh dan jenis kelamin mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan, sehingga membutuhkan banyak oksigen. Hal ini menunjukan bahwa, setiap mahluk hidup membutuhkan oksigen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar